BETERNAK AYAM KAMPUNG
Disusun oleh WIbowo,S.ST
I.
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki sumber bibit unggas seperti halnya ayam Kedu, Cemani,
Pelung, Nunukan.
Selain itu di setiap desa terdapat ayam kampung yang telah lama dipelihara penduduk setempat. Jenis-jenis ayam lokal itulah yang disebut ayam buras, yang berasal dari kata bukan ras. Jenis-jenis tersebut dapat dijadikan bibit potensial, dengan melakukan seleksi. Di kalangan masyarakat pedesaan ayam kampung yang telah berkembang sebagai sumber genetika lokal sangat bagus karena telah beradaptasi dengan lingkungan.
Selain itu di setiap desa terdapat ayam kampung yang telah lama dipelihara penduduk setempat. Jenis-jenis ayam lokal itulah yang disebut ayam buras, yang berasal dari kata bukan ras. Jenis-jenis tersebut dapat dijadikan bibit potensial, dengan melakukan seleksi. Di kalangan masyarakat pedesaan ayam kampung yang telah berkembang sebagai sumber genetika lokal sangat bagus karena telah beradaptasi dengan lingkungan.
Pada saat ini telah berkembang jenis ayam baru yakni ayam Arab yang biasa
dipelihara sebagai petelur. Tetapi menurut pengalaman beberapa praktisi, ayam Arab perlu
diperbaiki daya tahan tubuhnya terhadap penyakit lokal serta penyakit infeksius
baru semacam flu burung. Caranya dengan
menyilangkan ayam tersebut dengan ayam kampung sesuai dengan tujuan.
Jika kita pengen mempunyai keturunan ayam yang bersifat dwiguna, dapat menghasilkan telur dan daging, pergunakan pejantan ayam pelung serta jenis besar lainnya seperti halnya ayam Bangkok.
Jika kita pengen mempunyai keturunan ayam yang bersifat dwiguna, dapat menghasilkan telur dan daging, pergunakan pejantan ayam pelung serta jenis besar lainnya seperti halnya ayam Bangkok.
II.
PAKAN DAN PEMELIHARAAN
Ayam termasuk jenis hewan pemakan biji-bijian. Sama
halnya dengan jenis hewan lainnya dalam pakan perlu terdapat unsur gizi yang
terdiri dari : Karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Untuk ayam
yang dipelihara secara komersial intensif, berada pada kandang terkurung, atau
batere, penyediaan pakan sepenuhnya harus ditanggung oleh pemilik jika
produksinya ingin optimal.
Pada pemeliharaan ayam broiler peternak
harus mencukupi dengan pakan dengan kandungan protein tidak kurang dari 18
hingga 20 %; Ayam petelur antara 14 – 18 %. Pakan ayam broiler yang terkenal merupakan
pelet atau crumble misalnya dengan merek BR I dan BR II. Sedangkan untuk ayam
petelur biasanya berbentuk crumble misalnya ”521”. Semuanya buatan pabrik,
tentu harganya mahal.
Untuk petelur peternak juga dapat menyusun
ransum sendiri dengan bahan pakan dari katul, jagung giling dan konsentrat.
Konsentrat merupakan bahan pakan sumber protein tinggi. Biasanya terbuat
terutama dari tepung ikan, ada yang ditambah dengan tepung bulu, tepung darah,
tepung rucah.
Bahan konsentrat yang berasal dari bungkil kelapa,
kelapa sawit, bungkil kedekai terkadang dari jagung yang disebut corn gluten.
Oleh karena itu dalam leaflet ini akan
diperkenalkan sebuah pengalaman pemeliharaan ayam secara semi intensif. Penyediaan
pakan tidak sepenuhnya menjadi kewajiban dari pemilik ternak. Dalam satu hari
peternak menyediakan maksimum 100 gram katul untuk satu ekor ayam dewasa.
Sedangkan untuk ayam pada tahap starter pemberiannya lebih sedikit.
Apakah dari katul sejumlah itu telah cukup?
Kalau belum cukup, ayam diberi kesempatan untuk mencari sendiri di kebun berupa
biji-bijian, serangga serta cacing tanah. Kesempatan mencari makan sendiri ini
juga berarti memberi kebebasan ayam makan secara prasmanan, memilih apa saja
jenis nutrisi yang diperlukan dan mengukur sendiri sesuai kebutuhan.
Misalnya saja vitamin dari dedaunan serta
mineral dari tanah. Kita tahu bahwa ayam memiliki kebiasaan memakan kerikil
atau sesuatu dari tanah serta pasir.
Pemeliharaan ayam buras oleh keluarga
peternak ini juga dapat memungkinkan termanfaatkannya limbah dapur dan meja
makan.
III. PERKANDANGAN
Kandang semi intensif berbentuk panggung dengan 2
lantai yang dipisahkan di tengah (Lihat
gambar cover); Dengan demikian diperoleh 4 ruang. Ruang I
: Kiri bawah dapat dipergunakan untuk fase starter dapat mencapai 20 ekor atau
lebih; Ruang II : Kanan bawah untuk fase grower dapat diisi dengan 10 – 15
ekor; Ruang III dan IV di lantai atas kiri dan kanan dapat dipergunakan untuk
fase layer, masing-masing berisi 10 ekor. Dengan demikian satu buah kandang
dapat berisi 55 ekor.
Sistem pemeliharaan 3 fase
ini bertujuan untuk memperoleh manfaat ekonomis. Misalnya pada saat tertentu
produksi telur menurun dikarenakan adanya beberapa induk yang mengeram, (ingat ayam arab
sudah merupakan persilangan dengan kampung lokal), maka kita masih memperoleh
kompensasi dari adanya pertumbuhan. Jadi itungannya ya nggak rugi, laah.
Pada saat fase grower seleksi
mulai dilakukan, ayam seukuran kemanggang yang tidak baik untuk dijadikan bibit
dapat dijual sebagai ayam potong.
Demikian juga ayam
pejantan. Dalam satu kandang jika ingin mengembangkan pembibitan (breeder)
rasionya 1 : 10. Artinya 1 jantan untuk 10 ekor. Jika hanya untuk menyediakan
stok sendiri cukup 1 ekor dan replacer 1 ekor. Kandang tersebut juga sangat fleksibel. Kita juga dapat mengisi kandang
tersebut dengan fase layer semua. Untuk itu harus disediakan boks khusus untuk
fase starter dan growernya.
Dengan demikian kandang ini
berkapasitas 40 ekor. Dari jumlah tersebut termasuk di dalamnya pejantan 1 ekor
dan calon pengganti (replacer) 1 ekor. Dengan demikian hasilnya nanti yang
utama adalah telur. Cara pemeliharaan menurut fasenya :
•
Fase
I : Starter (1 – 30 hari) dalam kandang
boks, lampu s/d 10 hari;
•
Starter
(1 – 3 bulan) dalam kandang ruang I;
•
Fase
II : Grower (3 – 6 bulan) dalam kandang ruang II;
•
Fase
III : Pullet (6 bulan – bertelur) dalam
kandang ruang III;
•
Fase
IV : Layer (sudah rajin bertelur) dalam kandang ruang IV;
IV. PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengendalian penyakit yang
merupakan kunci suksesnya dalam kesehatan ternak adalah :
1. Sanitasi, yaitu kebersihan kandang yang memberikan jaminan untuk mengurangi semaksimal mungkin adanya bibit penyakit yang siap hendak menyerang ternak. Kandang dibersihkan secara rutin, kotoran tidak mencemari lingkungan dan bibit penyakit tidak dapat seenaknya berkembang biak; Bunuh kuman sebelum menginfeksi ternak;
1. Sanitasi, yaitu kebersihan kandang yang memberikan jaminan untuk mengurangi semaksimal mungkin adanya bibit penyakit yang siap hendak menyerang ternak. Kandang dibersihkan secara rutin, kotoran tidak mencemari lingkungan dan bibit penyakit tidak dapat seenaknya berkembang biak; Bunuh kuman sebelum menginfeksi ternak;
2. Vaksinasi, tindakan pengebalan tubuh
ternak melalui penggunaan vaksin; yang terpenting adalah untuk penyakit ND atau
tetelo; penyakit flu burung perlu dipertimbangkan penting atau tidak; Vaksin ND
diberikan melalui air minum atau suntikan atau tetes mata/hidung/mulut;
3. Medikasi,
artinya bukan tindakan mengobati tetapi segera obati; Begitu tampak gejala
berarti penyakit sudah start duluan, harus dikejar; terjadi balapan antara obat
dengan penyakit, padahal penyakit sudah start duluan; jadi sebaiknya yang
penting adalah mencegah agar supaya tidak terjadi penyakit;
lengkap sekali infonya saya jadi mau beternak ayam kampung deh
ReplyDeletebursa mobil bekas jogja